Black Box, Benda Paling Dicari Pengungkap Sebab Kecelakaan Pesawat
trendinghangat - Salah satu bagian dari black box atau kotak hitam pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Tanjung Karawang telah ditemukan. Kotak berwarna oranye itu ditemukan sekitar 500 meter dari lokasi yang diduga menjadi tempat hilangnya pesawat tersebut.
Black Box merupakan bagian penting dari pesawat untuk
menentukan penyebab kecelakaan pesawat terbang. Fungsi dari alat ini adalah
untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air
traffic control (ATC) bandara dan mengetahui tekanan udara serta kondisi cuaca
selama penerbangan.
Kotak hitam itu sejatinya tak berwarna hitam, melainkan
berwarna oranye. Investigator KNKT Ony Soeryo Wibowo mengatakan kotak hitam
itu biasanya ditempatkan pada bagian ekor pesawat.
Warna oranye sengaja dipilih untuk membedakan dengan semua
komponen elektronik di pesawat.
"Semua komponen elektronik di pesawat disebut black box
dan berwarna hitam. Nah, untuk membedakan mana FDR (flight Data Recorder) dan
CVR (Cockpit Voice Recorder), maka kotak itu berwarna oranye," kata Ony
yang ditulis pada Kamis (1/11/2018).
Ony mengatakan, dunia penerbangan internasional baru
menyepakati FDR dan CVR berwarna oranye sekitar tahun 1980-an. Sebelumnya,
semua komponen elektronik pada pesawat, termasuk FDR dan CVR, memang berwarna
hitam. Tujuannya untuk menyerap hawa panas dan mengeluarkannya ke luar pesawat.
FDR dan CVR disebut juga sebagai kotak hitam lantaran punya
filosofi tersendiri. Bahwa hitam identik dengan gelap dan diasosiasikan pada
misteri. Itu sebabnya, FDR dan CVR disebut sebagai kotak hitam karena
merepresentasikan misteri di balik kecelakaan sebuah pesawat.
"Disebut hitam, karena hitam merepresentasikan misteri.
Dia merekam misteri dari sebuah peristiwa kecelakaan pesawat," kata Ony.
Kotak hitam sejak 1980-an diwarnai oranye juga karena alasan
agar mudah ditemukan, selain juga supaya berbeda dengan kotak hitam lainnya
yang ada di pesawat.
Mengingat, kecelakaan sebuah pesawat tak dapat ditentukan
terjadi di mana. Bisa di laut atau bisa juga di daratan. Sehingga, dengan warna
khasnya itu, FDR dan CVR dapat "menyala" di dalam gelap.
Lebih jauh Ony menjelaskan bahwa pesawat umumnya juga
memiliki lebih dari dua alat perekam. Namun, semua aktivitas perekaman terpusat
pada FDR dan CVR. Kedua perekam itu diletakkan di bagian ekor juga karena
maksud tertentu.
"Ditaruh di ekor itu untuk menghindarkan kerusakan
parah saat terjadi benturan. Kalau di ekor, kan, kemungkinan terkena
benturannya paling kecil," ujar Ony.
Rumit dan Butuh Waktu
Bagi Ony dan rekan-rekannya di KNKT menyingkap tabir misteri
si kotak hitam harus dilakukan. Meski tentunya, menyimpulkan hasil akhir dari
investigasi kecelakaan pesawat bukan perkara mudah dan perlu waktu yang tak
sebentar.
"Membaca black box, cepat atau lamanya itu tergantung
kerusakan," kata investigator KNKT, Nurcahyo Utomo.
Menurut dia, jika kotak hitam itu rusak, misal terbakar
kabel-kabel di dalamnya, maka KNKT harus membawa kotak tersebut ke negara
pembuat. Di sana kabel-kabel atau komponen listrik yang sudah rusak akan diganti
dengan yang baru. Baru setelah itu, rekaman pada FDR dan CVR bisa diunduh.
FDR dan CVR sendiri memiliki kemampuan rekaman yang terbatas
dan overwrite atau menimpa rekaman sebelumnya. Maksudnya, FDR dan CVR akan
merekam segala aktivitas dan pembicaraan selama 30 menit. Kemudian rekaman 30
menit berikutnya akan menimpa dan otomatis menghapus rekaman 30 menit
sebelumnya.
"Jadi rekaman menit ke-31 akan menghapus rekaman menit
ke-1, menit ke-32 akan menggantikan menit ke-2 begitu seterusnya sampai menit
ke-60 menimpa menit ke-30. Dan itu berlaku terus sampai black box itu berhenti
merekam karena terputusnya aliran listrik," ujar Nurcahyo.
Pilot pesawat Boeing ini menambahkan, membaca rekaman juga
tak sekadar mendengarkan. Selain harus mendengarkan setiap kata yang keluar
tiap detiknya, para investigator KNKT ini juga harus mengerti makna dan maksud
pembicaraan di dalam rekaman itu.
Dia mencontohkan kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung
Salak pada 2012 silam. Kata Nurcahyo, kedua pilot merupakan warga negara Rusia.
"Ada satu pembicaraan si pilot ngomong 'apa ini'. Apa
ini dan kenapa ini berbeda pada bahasa Indonesia. Kita panggil pilot Rusia lain
yang sudah lama tinggal di Indonesia, ternyata apa ini dan kenapa ini pada
bahasa Rusia sama maksudnya," ucap Nurcahyo.
FDR Lion Air Ditemukan
Bagian kotak hitam atau black box pesawat Lion Air telah
ditemukan di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Bagian itu merupakan flight
data recorder (FDR).
"Ini bukan bagian yang merekam percakapan pilot dan
menara pengawas di dalam kokpit," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI
M Syaugi, di KM Baruna Jaya, Karawang, Kamis (1/11/2018).
"Mudah-mudahan bagian yang lain segera kita
temukan," ujar Syaugi.
Pihaknya menyerahkan FDR Lion Air tersebut kepada
investigator Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Bambang Iriawan
untuk ditindaklanjuti. Bambang pun memastikan bagian black box yang ditemukan
itu adalah FDR.
"Ini berisi flight data recorder (FDR), cockpit voice
recorder (CVR) belum (ditemukan)," ujar Bambang.
Black box Lion Air yang jatuh di Tanjung Karawang ditemukan
penyelam dari TNI AL, Sertu Hendra. Hendra mengatakan, sempat merasa putus asa
mencari black box tersebut. Sebab, pesawat meledak dan menjadi bongkahan kecil
dan menyebar di perairan Tanjung Karawang.
"Memang kami sempat putus asa karena pesawat menjadi
bongkahan-bongkahan kecil, lalu kami temukan dan kami mendapat black box warna
oranye," kata Sertu Hendra di Tanjung Karawang.
Menurut Hendra, benda ditemukannya itu berwarna oranye.
Black box itu ditemukan di kedalaman 30 meter dalam kondisi utuh.
"Kondisinya utuh di dalam lumpur," Hendra
memungkasi.
Sumber: liputan6.com
Bagikan ke Facebook